Webmail |  Berita |  Agenda |  Pengumuman |  Artikel |  Video

BAHAGIA ITU SIMPLE

18 November 2019
14:30:59 WIB
BAHAGIA ITU SIMPLE

Oleh: Pdt. Joy Sopater Wasiyono, M.Th 

Nats Bacaan:

Ibrani: 13:17-21, Lukas: 6:17-23 

Saya kerap menemukan foto di Facebook maupun status WhatsApp teman medsos saya, yang menunjukkan gambaran keluarga yang hangat, mis: suami yang sedang romatis dengan istrinya, keluarga yang sedang liburan bersama, nge-mall bareng, jogging bareng dan aktivitas-aktivitas lainnya yang diikuti dengan kata-kata: “Bahagia itu simple”. Lalu apa kata Alkitab tentang kebahagiaan? Tentu ada banyak kunci hidup bahagia dalam Alkitab, Tapi ada satu kunci bahagia yang saya temukan ketika merenungkan dua nats bacaan hari ini, yakni mengasihi otoritas. 

Dalam Ibrani 13:17-19, kita diminta untuk mengasihi otoritas yang ada di dunia ini dengan cara tunduk dan taat kepada otoritas. Otoritas adalah payung perlindungan yang tidak kasat mata, namun setiap otoritas diberi tanggung jawab untuk berjaga-jaga atas jiwa orang yang di bawah otoritasnya. Pemberontakan terhadap otoritas tidak akan membawa keuntungan apapun. Tetapi Allah sumber damai sejahtera akan melakukan hal-hal yang baik dalam hidup orang yang mengasihi otoritasnya (Ibr. 13:20-21). Seorang anak harus tunduk dan taat kepada orang tuanya. Bukankah perintah ini kerap diulangi dalam PL maupun PB dengan janji berkat: “lanjut umurmu dan baik keadaanmu.”  Seorang istri harus tunduk kepada suaminya. Perintah inipun berkali-kali diulangi dalam surat-surat rasul Paulus. 

Demikian pula, seorang pegawai harus menghormati pimpinannya, jemaat harus menghormati gembalanya, dsb. Salah satu wujud dari tunduk, taat, dan mengasihi otoritas bisa juga dilakukan dengan mendoakan mereka setiap hari (Ibr. 13:18-19). Sudahkah hari ini Anda mendoakan otoritas Anda? Selanjutnya dalam nats Lukas 6:20-23, kita juga diajarkan untuk mengasihi Allah sebagai otoritas tertinggi kita. Menjadi miskin di hadapan Allah (Luk. 6:20) bukan berarti seseorang harus hidup miskin secara jasmani, melainkan sekalipun ia kaya dan berkelimpahan, namun ia sangat mengasihi Allah sehingga ia mampu menempatkan dirinya sebagai orang yang perlu belas kasih dan pengampunan dari Allah, layaknya seorang miskin yang sangat memerlukan belas kasih. Ide ini diteguhkan kembali ketika dikatakan bahwa yang berbahagia adalah yang lapar – lapar akan Allah (Luk. 6:21).

Orang-orang yang lapar akan pengajaran Yesus dalam ayat 17-19 dipuaskan oleh pengajarannya. Dan bukan itu saja, sakit mereka disembuhkan, ikatan roh jahat pun dilepaskan. Mengasihi Allah juga berarti siap menderita untuk Dia (Luk. 6:23), seperti juga banyak pahlawan-pahlawan iman dalam Alkitab menderita karena kasihnya kepada Allah.  Jadi, bahagia itu simple: mengasihi otoritas yang ada di dunia dan mengasihi Allah yang adalah otoritas tertinggi kita.

File Terbaru

Facebook Fanpage

TAUTAN EKSTERNAL